Sabtu, 21 Maret 2020

FENOMENA SENI RUPA INDONESIA (1)


   

                                                                  Untuk kelas XI SMA


                

            Assalamualaikum warohmatullohiwabarokatuh
Semoga keselamatan dan rahmat Allah, serta keberkahan-Nya
                                  terlimpah pada kalian

   Pada materi pembelajaran kali ini kita akan belajar tentang
         Fenomena Seni Rupa di Indonesia yang merupakan
               rangkaian peristiwa perkembangan senirupa, 
                          baik wujud maupun konsepnya


                                  Sebelum membaca materi Fenomena Seni Rupa di Indonesia
                                  silahkan    simak video pelukis Basuki Abdullah dibawah ini!

    Basuki Abdullah Sang Maestro (sumber: youtube)
                     
A.  Seni  Rupa Pramodern

Istilah seni rupa pramodern  menunjukkan  babakan sejarah di mana manifestasi karya seni rupa  hadir  sebelum zaman industri. Perkembangan  seni rupa  dilihat dari aspek kesejarahan merupakan rangkaian perubahan, baik dari aspek konseptual maupun aspek kebentukan. Berikut akan disampaikan aliran-aliran seni rupa hingga saat ini.

1.  Primitivisme
Primitivisme adalah corak karya seni rupyang memiliki sifat bersahaja, naif, sederhana, spontanjujur, baik dari segi penggarapan bentuk maupun  pewarnaan. Senimannya bebas dari belenggu profesionalisme, tradisi, teknik, dan latihan formal proses kreasi seni. Perhatikan contoh patung primitif dari Sulawesi Tengah. Patung primitif tersebut merupakan karya tiga dimensi yang perwujudannya mengekspresikan makna seni dengan bahasa bentusimbolik.

Patung Pra Sejarah dari Sulawesi Tengah (sumber: kumparan.com)
    
Perhatikan perbedaannya dengan patung   Yunani klasik mengekspresikan maknseni dengan idealisasi bentuk mimesis (mengimitasi atau meniru) rupa manusia dalam wujud yang indah dan sempurna.
Patung Apollo ( sumber: tirto.id)
     Contoh hasil karya dua dimensi pada zaman pra sejarah. Sebuah lukisan di gua Pangkep Sulawesi Selatan.


Lukisan di dinding gua di daerah Pangkep Sulawesi Selatan (sumber:https://www.koranpangkep.co.id/)

Adakah  persamaan dengan lukisan prasejarah di Perancis ?
 Pada gambar dibawah adalah lukisan dinding yang terletak di gua Lascaux di Dordogne di PrancisLukisan dinding ini menggambarkan banyak spesies hewan dan gambar manusia yang dilukis dengan warna tanah berpigmen coklathitamkuning dan merah.


Lukisan presejarah di gua Lascaux Perancis (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Lascaux_painting.jpg)

2.  Naturalisme
Naturalisme adalah corak karya seni rupa yang teknik pelukisannya berpedoman pada peniruan alam untuk  menghasilkan karya seni sehingga seniman  terikat  sekali pada hukum  proporsi, anatomi, perspektif, dan teknik pewarnaan untuk mencapai kemiripan sesuai dengan perwujudan objek yang dilihat oleh mata. Tokoh-tokohnya antara lain, Abdullah SR, Wakidi, Pirngadi, Basoeki Abdullah, Trubus, Dullah, Rustamadji, Wahdi, dan lain-lain.

Lukisan karya Basuki Abdullah, Gunung Sumbing (sumber : Buku Seni Budaya Kelas XI, Kemendikbud)
Dibawah ini  sebuah karya lukisan dari pelukis Wakidi.   Wakidi adalah seorang  pelukis pemandangan yang mahir. Ia dikenal sebagai pelukis dengan tema-tema tentang panorama dan kehidupan Sumatera Barat. Di kancah nasional perkembangan seni rupa modern Indonesia, Wakidi semasa dengan pelukis Abdullah Suriosubrata dan Mas Pirngadi. Kelak mereka bertiga sering disebut sebagai pelukis Mooi Indie.


Lukisan Wakidi. Balai Desa di Minangkabau (sumber : http://archive.ivaa-online.org/pelakuseni/wakidi)
3.  Realisme
   Aliran seni rupa realisme merupakan perkembangan lebih lanjut dari naturalisme. Aliran ini muncul di belahan dunia barat sekitar pertengahan abad ke-17. Intisari filosofinya menunjukkan keyakinan seniman terhadap realitas duniawi yang kasat mata sebagai objek penciptaan karya seni. Pada umumnya realisme dibedakan menjadi beberapa kategori. Misalnya, realisme sosialis (yang cenderung mengungkapkan adegan-adegan kehidupan manusia yang serba sengsara, getir, dan pahit). Herbert Read antara lain menyatakan,Jenis seni rupa yang sepenuhnya dapat kita sebut sebagai realistis adalah yang berusaha dengan segala daya untuk menyatakan perwujudan objek dengan tepat, dan seni seperti ini, sebagaimana halnya filsafat realisme, selalu berdasar atas keyakinan atas keberadaan objektif dari sesuatu”. Jadi dalam pengertian murni, aliran realis berusaha melukiskan keadaan secara nyata, seniman  realis memandang  dunia  ini tanpa  ilusi, mereka menciptakan karya seni rupa yang nyata menggambarkan apa-apa yang nyata dan benar-benar  ada di dunia ini. Dengan perkataan lain seniman realis mendasarkan seninya pada penerapan panca inderanya tanpa mengikutsertakan fantasi dan imajinasinya. Tokoh-tokoh realisme di Indonesia antara lain, Raden Saleh (realisme romantis),  S. Soedjojono, Dullah, Rustamadji (realisme fotografis), Dede Eri Supria, dan Ronald Manullang (Realisme Baru).
   
                                         Contoh lukisan realisme fotografis :

Rustamadji, Pasar Klaten, Oil on Canvas,1990
    (sumber : https://lukisanku.id/lukisan-pasar-klaten-karya-rustamadji/)
   
                                         Contoh lukisan realisme romantis :
  
Raden Saleh, Antara Hidup dan Mati ( Buku Seni Budaya Kelas XI, Kemendikbud 2017)

   
                                            Contoh lukisan realisme baru :


Dede Eri Supria, Untitled, Oil on Canvas,1991 (sumber : http://www.artnet.com/artists/dede-eri-supria/untitled)

Setelah kalian amati ke tiga lukisan realis tersebut, apakah yang menjadi perbedaannya ? Pada teknik atau tema lukisan ?

Untuk memahami lukisan karya Dede Eri Supria simak video dibawah ini :


 Dede Eri  Supria an Indonesian Artist (sumber : youtube)
                             
4.  Dekoratif
   Karya seni rupa dekoratif senantiasa berhubungan  dengan hasrat menyederhanakan  bentuk dengan jalan mengadakan distorsi, ciri-cirinya bersifat kegarisan, berpola, ritmis, pewarnaan yang rata, dan secara umum mempunyai kecenderungan kuat untuk menghias. Tujuan dan sifat hias ini menyebabkan keindahan  rupa  dekoratif termasuk  kategori seni yang mudah  dicerna oleh masyarakat. Pada karya dua dimensi sering mengabaikan unsur perspektif dan anatomi, sedangkan pada karya tiga dimensi mengabaikan plastisitas bentuk (naturalistis).
   Karya seni rupa  dekoratif dapat  diklasifikasi menjadi  dua  bagian utama,  yakni dekoratif figuratif dan dekoratif geometris. Dekoratif figuratif biasanya ditandai dengan penggambaran wujud figur atau bentuk-bentuk  di alam yang kita kenali. Seperti misalnya, pemandangan, pasar, kota, hewan-hewan di tengah rimba, lukisan kehidupan sehari-hari, dan lain sebagainya. Namun teknik pelukisannya tidak berupaya untuk  meniru  rupa  secara realistis, melainkan dikerjakan dengan bentuk yang datar tanpa memperhitungkan  aspek volume dalam penggarapan bentuk visual.
   Dekoratif geometris adalah karya-karya seni rupa yang bebas dari peniruan alam, perwujudannya merupakan susunan motif, bentuk, atau pola tertentu di tata sedemikian rupa sehingga memiliki kapasitas untuk  membangkitkan  perasaan keindahan  dalam diri pengamatnya. Lukisan-lukisan geometris cenderung rasional karena terikat pada pola, motif, bentuk-bentuk, dan teknik pelukisan yang menuntut  keterampilan dan kesabaran dalam proses kreasinya.
    Seni rupa dekoratif geometris dapat dilihat pada ragam hias di daerah-daerah seluruh kepulauan Indonesia. Misalnya motif pilin berganda, lingkaran, elips, setengah lingkaran, segi tiga, prisma, empat persegi, dan lain-lain. Motif tersebut biasanya tersusun rapi dengan teknik pengulangan, sehingga tercipta suatu harmoni, karena penempatannya mementingkan keteraturan dan kerapian, maka dalam bentuk tradisional komposisinya simetris. Namun kerap pula kita jumpai dalam era modern komposisi yang bebas, seperti pada karya Sapto Hudoyo dan Hatta Hambali.

Lukisan Dekoratif Figuratif  karya  Irsyam, The Pet Bird (sumber : Buku Seni Budaya Kelas XI, Kemendikbud 2017) 


Lukisan Dekoratif Geometirs Hatta Hambali, Gadis Bali (sumber : http://www.akart.com)
   Tokoh-tokoh pelukis dekoratif di Indonesia adalah Kartono Yudokusumo, Widayat, Suparto, Ratmoyo, Batara Lubis, Amrus Natalsya, Irsam, Sarnadi Adam, Ahmad Sopandi, Boyke Aditya, A.Y. Kuncana, I Gusti Nyoman Lempad, I Gusti Ketut Kobot, I Gusti Made Deblog, dan masih banyak lagi.

Lukisan dekoratif Widayat, Burung burung di Pulau Dua( sumber : lelang-lukisanmaestro.blogspot.com/2011/07/lukisan-karya-widajat.html)


Lukisan Batara Lubis, Three Birds (sumber : http://www.sopopanisioan.blogspot.com)

Suparto, Tiger (  Buku Seni Budaya Kelas XI, Kemendikbud 2017) 
Karya dekoratif  tiga dimensi berbentuk relief. Relief adalah seni pahat dan ukiran 3-dimensi yang biasanya dibuat di atas batu. Bentuk ukiran ini biasanya dijumpai pada bangunan candikuilmonumen dan tempat bersejarah kuno. 

Di Indonesia, relief pada dinding candi Borobudur merupakan salah satu contoh yang digunakan untuk menggambarkan kehidupan sang Buddha dan ajaran-ajarannya. Pada perkembangan selanjutnya relief dekoratif dibuat dengan bahan kayu.Di Indonesia pusat pembuatan relief di Jepara Jawa Tengah dan Bali dengan tema tradisional cerita pewayangan.


Relief Karmawibangga dari Candi Borobudur (sumber :https://docplayer.info/)


Relief Ramayana (sumber: https://pixabay.comidphotosbali-hindu-batu-ukiran-ramayana)

BSaatnya mengerjakan Quiz.

      Setelah memahami bacaan diatas silakan mengerjakan kuis dibawah ini.
      Klik Start kemudian pilih jawaban yang paling benar dengan mengklik salah satu pilihan        jawaban dari  lima   pilihan jawaban yang disediakan.

13px;">berkaryasenirupa#fenomenasenirupa#seniprimitif#realisromantis#realisfotgrafis#realismebaru#dekoratiffiguratif#dekoratifgeometris#sma2purwokerto#belajardarirumah#coronavirus


                                      

Minggu, 03 September 2017

BERAPRESIASI SENI BUDAYA

Apresiasi berasal dari bahasa latin appretiatus yang lebih kurang mempunyai   arti mengerti   serta   menyadari   sepenuhnya   hingga   mampu menilai dengan   semestinya. Dalam   hubungannya   dengan   seni  kata   apresiasi mempunyai arti  mengerti dan  menyadari  tentang  hasil  karya seni  serta menjadi  peka terhadap  nilai estetisnya, sehingga  mampu menikmati  dan menilai  karya  seni tersebut. Dalam pengertian yang lebih  luas,  apresiasi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang menikmati, mengamati, menghayati  serta menilai sekaligus  memberi masukan berupa kritikan yang objektif tanpa kehilangan rasa simpati terhadap sebuah karya seni.
Apresiasi mempunyai tiga tingkatan, yaitu :
a.  Apresiasi  empatik  adalah  apresiasi  yang  hanya  menilai  baik  dan kurang         baik  hanya  berdasarkan  pengamatan  belaka.  Apresiasi atau penilaian ini             biasanya        dilakukan  oleh orang awam yang tidak punya pengetahuan dan           pengalaman dalam       bidang seni.

b. Apresiasi  estetis  adalah  apresiasi  untuk  menilai  keindahan  suatu karya            seni.   Apresiasi pada tingkat ini dilakukan  seseorang setelah mengamati  dan        menghayati karya seni secara mendalam.

c.  Apresiasi  kritis  adalah  apresiasi  yang  dilakukan  secara  ilmiah  dan                sepenuhnya    bersifat  keilmuan   dengan      menampilkan      data  secara tepat,      dengan analisis,       interpretasi, dan penilaian yang bertanggung jawab.
Apresiasi  ini  biasanya  dilakukan  oleh  para  kritikus  yang  memang secara khusus  mendalami  bidang tersebut.  Dalam suatu apresiasi  akan terjalin komunikasi antara si pembuat karya seni (seniman) dengan penikmat karya seni (apresiator). Dengan adanya komunikasi timbal-balik ini, seniman diharap mampu mengembangkan   kemampuannya   untuk  dapat membuat karya seni yang lebih bermutu.

Secara teoretik menurut Brent G. Wilson dalam bukunya Evaluation of Learning in Art Education, apresiasi seni memiliki tiga domain, yakni: perasaan (feeling), dalam konteks ini terkait dengan perasaan keindahan, penilaian (valuing) terkait dengan nilai seni, dan empati(emphatizing), terkait dengan sikap hormat kepada dunia seni rupa, termasuk kepada profesi.seniman, yaitu perupa (pelukis, pematung, penggrafis, pengeramik, pendesain, pengriya, dan lain-lain).

1. Pengembangan Sikap Apresiatif Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari,      Seni Teater

Pada hakikatnya semua manusia dianugerahi oleh Tuhan apa yang disebut “sense of beauty”, rasa keindahan. Meskipun ukurannya tidak sama pada setiap orang, jelas setiap manusia sadar atau tidak menerapkan rasa keindahan ini dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika kita memantas diri dalam berpakaian, memilih dasi, memilih sepatu, dan berdandan (sekedar contoh). Senantiasa rasa keindahan berperan memandu perilaku kita untuk memilih apa yang kita anggap menampilkan citra harmonis yang pada umumnya kita sebut tampan, gagah, cantik, ayu, rapi. Dalam bahasa sehari-hari, yaitu penggunaan kata “lain” menyebut fenomena keindahan. 
Demikian pula dalam melengkapi kebutuhan hidup, kita selalu dipandu oleh rasa keindahan. Katakanlah dalam menata arsitektur rumah tinggal, memilih perabotan rumah tangga, televisi, kulkas, otomotif, sampai kepada pembelian piring, sendok, garpu, dan segala macam barang yang kita gunakan di kota. Demikian pula pada kehidupan di desa, hampir semua benda yang dibutuhkan memiliki kaitan dengan rasa keindahan dan seni, seperti kain tenun, keris, batik, ornamen, busana, keramik, perhiasan, alat musik, dan banyak lagi.

Hal yang sama terdapat pula di daerah pedalaman, betapapun sederhana tingkat kehidupan manusia, dalam perlengkapan dan peralatan hidupnya, seperti busana, tata rias, motif ornamen, tari-tarian, musik, dan banyak sekali karya-karya seni etnik yang sangat indah dan mengagumkan. Dengan uraian ini, menjadi jelas bahwa seni terdapat di mana-mana. Itulah sebabnya kesenian secara antropologis ditempatkan sebagai unsur kebudayaan yang universal, sama seperti rasa keindahan yang juga bersifat universal. 

Tingkat kepekaan perasaan keindahan akan berkembang lewat kegiatan menerima (sikap terbuka) kepada semua manifestasi seni rupa, mengapresiasi aspek keindahan dan maknanya (seni lukis, seni patung, seni grafis, desain, dan kriya) menghargai aspek keindahan dan kegunaannya (desain produk atau industri, desain interior, desain komunikasi visual, desain tekstil, dan berbagai karya kriya (kriya keramik, tekstil, kulit, kayu, logam dan lain-lain). Melalui proses penginderaan, kita mendapatkan pengalaman estetis.

a. Seni Pertunjukkan ( Audio Visual)
Simak Video Koreografi Seni Tari dibawah ini, perhatikan  dan nikmati gerakan gerakan penari, komposisi musik dan tata lampunya !
Video 1:
(sumber : Video koreografi Tari Patih Ngalengka -Youtube-Jogja_Archive)

Video kedua dibawah ini adalah pertunjukkan teater. Amatilah dengan seksama, perbedaan apakah yang anda lihat dari  kedua video  pertunjukkan tersebut?
( sumber: Video  pementasan " Para Pensiunan "  Taeter Gandrik-Youtube )

b. Seni Musik (Audio)
Karya Seni Musik Pop Indonesia. Untuk mendengarkan  klik link     dibawah ini
( sumber : Lagu Galau  2020-Judika-Youtube )

c. Seni Rupa (Visual)
Karya seni rupa secara fungsional dibagi menjadi seni rupa murni dan seni rup terapan. Karya seni murni diciptakan untuk mengekspresikan jiwa, dalam hal ini termasuk didalamnya ide, konsep dan perasaan. Sedangkan karya seni rupa terapan pada waktu proses penciptaannya terkandung tujuan dan fungsi tertentu.Materi seni rupa dimensi selengkapnya bisa  di klik ðŸ‘‰senirupa dua dimensi.

Contoh seni rupa murni dua dimensi.  Sebuah lukisan kaligrafi karya AD Pirous, Maka Bertasbihlah dengan Menyebut Nama Tuhanmu Yang Maha Besar, media  acrylic, emas pada kanvasukuran 120 x 145 cm

sumber gambar : Buku Seni Budaya Kelas XI, Kemendikbud, 2017


Karya seni rupa murni tiga dimensi. Patung  karya Gregorius Sidharta berjudul Ayam Jantan berbahan bronze ukuran 80 x 70 x 25 cm.



Contoh karya seni rupa terapan dua dimensi. Kain tenun, kain sesek motif pucuk rebung dari Sumbawa.


sumber gambar : https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia

Contoh karya seni rupa terapan tiga dimensi. Seni kerajinan anyaman bambu, wakul, tempat nasi.





Dari proses penghayatan yang intens, kita akan mengamalkan rasa keindahan yang dianugerahkan Tuhan itu dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan mengamati karya seni rupa murni dan seni rupa terapan, dalam arti praktis adalah kemampuan mengklasifikasi, mendeskripsi, menjelaskan, menganalisis, menafsirkan dan mengevaluasi serta  menyimpulkan  makna  karya seni. Aktivitas ini  dapat dilatih  sebagai kemampuan  apresiatif secara lisan maupun  tulisan.

Aktivitas pendukung, seperti membaca teori seni, termasuk sejarah seni dan reputasi seniman, dialog dengan tokoh seniman serta budayawan, merupakan pelengkap kemampuan berapresiasi, sehingga para siswa dapat menyertakan argumentasi yang logis dalam menyimpulkan makna seni.

Secara psikologis pengalaman  pengindraan  karya seni itu berurutan dari sensasi (reaksi panca indra kita mengamati seni), emosi (rasa keindahan), impresi (kesan pencerapan), interpretasi (penafsiran  makna  seni), apresiasi (menerima  dan  menghargai makna  seni, dan  evaluasi (menyimpulkan  nilai seni). 

Aktivitas ini berlangsung ketika seseorang mengindra karya seni, biasanya sensasi tersebut diikuti dengan aktivitas berasosiasi, melakukan komparasi,  analogi, diferensiasi, dan  sintesis. 
Pada umumnya karya seni yang dinilai baik akan memberikan kepuasan spiritual dan intelektual bagi pengamatnya.


 #materi senibudayakelasxi#apresiasisenitariteatermusikrupa#belajardarirumah





















www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com