Minggu, 03 September 2017

BERAPRESIASI SENI BUDAYA

Apresiasi berasal dari bahasa latin appretiatus yang lebih kurang mempunyai   arti mengerti   serta   menyadari   sepenuhnya   hingga   mampu menilai dengan   semestinya. Dalam   hubungannya   dengan   seni  kata   apresiasi mempunyai arti  mengerti dan  menyadari  tentang  hasil  karya seni  serta menjadi  peka terhadap  nilai estetisnya, sehingga  mampu menikmati  dan menilai  karya  seni tersebut. Dalam pengertian yang lebih  luas,  apresiasi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang menikmati, mengamati, menghayati  serta menilai sekaligus  memberi masukan berupa kritikan yang objektif tanpa kehilangan rasa simpati terhadap sebuah karya seni.
Apresiasi mempunyai tiga tingkatan, yaitu :
a.  Apresiasi  empatik  adalah  apresiasi  yang  hanya  menilai  baik  dan kurang         baik  hanya  berdasarkan  pengamatan  belaka.  Apresiasi atau penilaian ini             biasanya        dilakukan  oleh orang awam yang tidak punya pengetahuan dan           pengalaman dalam       bidang seni.

b. Apresiasi  estetis  adalah  apresiasi  untuk  menilai  keindahan  suatu karya            seni.   Apresiasi pada tingkat ini dilakukan  seseorang setelah mengamati  dan        menghayati karya seni secara mendalam.

c.  Apresiasi  kritis  adalah  apresiasi  yang  dilakukan  secara  ilmiah  dan                sepenuhnya    bersifat  keilmuan   dengan      menampilkan      data  secara tepat,      dengan analisis,       interpretasi, dan penilaian yang bertanggung jawab.
Apresiasi  ini  biasanya  dilakukan  oleh  para  kritikus  yang  memang secara khusus  mendalami  bidang tersebut.  Dalam suatu apresiasi  akan terjalin komunikasi antara si pembuat karya seni (seniman) dengan penikmat karya seni (apresiator). Dengan adanya komunikasi timbal-balik ini, seniman diharap mampu mengembangkan   kemampuannya   untuk  dapat membuat karya seni yang lebih bermutu.

Secara teoretik menurut Brent G. Wilson dalam bukunya Evaluation of Learning in Art Education, apresiasi seni memiliki tiga domain, yakni: perasaan (feeling), dalam konteks ini terkait dengan perasaan keindahan, penilaian (valuing) terkait dengan nilai seni, dan empati(emphatizing), terkait dengan sikap hormat kepada dunia seni rupa, termasuk kepada profesi.seniman, yaitu perupa (pelukis, pematung, penggrafis, pengeramik, pendesain, pengriya, dan lain-lain).

1. Pengembangan Sikap Apresiatif Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari,      Seni Teater

Pada hakikatnya semua manusia dianugerahi oleh Tuhan apa yang disebut “sense of beauty”, rasa keindahan. Meskipun ukurannya tidak sama pada setiap orang, jelas setiap manusia sadar atau tidak menerapkan rasa keindahan ini dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika kita memantas diri dalam berpakaian, memilih dasi, memilih sepatu, dan berdandan (sekedar contoh). Senantiasa rasa keindahan berperan memandu perilaku kita untuk memilih apa yang kita anggap menampilkan citra harmonis yang pada umumnya kita sebut tampan, gagah, cantik, ayu, rapi. Dalam bahasa sehari-hari, yaitu penggunaan kata “lain” menyebut fenomena keindahan. 
Demikian pula dalam melengkapi kebutuhan hidup, kita selalu dipandu oleh rasa keindahan. Katakanlah dalam menata arsitektur rumah tinggal, memilih perabotan rumah tangga, televisi, kulkas, otomotif, sampai kepada pembelian piring, sendok, garpu, dan segala macam barang yang kita gunakan di kota. Demikian pula pada kehidupan di desa, hampir semua benda yang dibutuhkan memiliki kaitan dengan rasa keindahan dan seni, seperti kain tenun, keris, batik, ornamen, busana, keramik, perhiasan, alat musik, dan banyak lagi.

Hal yang sama terdapat pula di daerah pedalaman, betapapun sederhana tingkat kehidupan manusia, dalam perlengkapan dan peralatan hidupnya, seperti busana, tata rias, motif ornamen, tari-tarian, musik, dan banyak sekali karya-karya seni etnik yang sangat indah dan mengagumkan. Dengan uraian ini, menjadi jelas bahwa seni terdapat di mana-mana. Itulah sebabnya kesenian secara antropologis ditempatkan sebagai unsur kebudayaan yang universal, sama seperti rasa keindahan yang juga bersifat universal. 

Tingkat kepekaan perasaan keindahan akan berkembang lewat kegiatan menerima (sikap terbuka) kepada semua manifestasi seni rupa, mengapresiasi aspek keindahan dan maknanya (seni lukis, seni patung, seni grafis, desain, dan kriya) menghargai aspek keindahan dan kegunaannya (desain produk atau industri, desain interior, desain komunikasi visual, desain tekstil, dan berbagai karya kriya (kriya keramik, tekstil, kulit, kayu, logam dan lain-lain). Melalui proses penginderaan, kita mendapatkan pengalaman estetis.

a. Seni Pertunjukkan ( Audio Visual)
Simak Video Koreografi Seni Tari dibawah ini, perhatikan  dan nikmati gerakan gerakan penari, komposisi musik dan tata lampunya !
Video 1:
(sumber : Video koreografi Tari Patih Ngalengka -Youtube-Jogja_Archive)

Video kedua dibawah ini adalah pertunjukkan teater. Amatilah dengan seksama, perbedaan apakah yang anda lihat dari  kedua video  pertunjukkan tersebut?
( sumber: Video  pementasan " Para Pensiunan "  Taeter Gandrik-Youtube )

b. Seni Musik (Audio)
Karya Seni Musik Pop Indonesia. Untuk mendengarkan  klik link     dibawah ini
( sumber : Lagu Galau  2020-Judika-Youtube )

c. Seni Rupa (Visual)
Karya seni rupa secara fungsional dibagi menjadi seni rupa murni dan seni rup terapan. Karya seni murni diciptakan untuk mengekspresikan jiwa, dalam hal ini termasuk didalamnya ide, konsep dan perasaan. Sedangkan karya seni rupa terapan pada waktu proses penciptaannya terkandung tujuan dan fungsi tertentu.Materi seni rupa dimensi selengkapnya bisa  di klik 👉senirupa dua dimensi.

Contoh seni rupa murni dua dimensi.  Sebuah lukisan kaligrafi karya AD Pirous, Maka Bertasbihlah dengan Menyebut Nama Tuhanmu Yang Maha Besar, media  acrylic, emas pada kanvasukuran 120 x 145 cm

sumber gambar : Buku Seni Budaya Kelas XI, Kemendikbud, 2017


Karya seni rupa murni tiga dimensi. Patung  karya Gregorius Sidharta berjudul Ayam Jantan berbahan bronze ukuran 80 x 70 x 25 cm.



Contoh karya seni rupa terapan dua dimensi. Kain tenun, kain sesek motif pucuk rebung dari Sumbawa.


sumber gambar : https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia

Contoh karya seni rupa terapan tiga dimensi. Seni kerajinan anyaman bambu, wakul, tempat nasi.





Dari proses penghayatan yang intens, kita akan mengamalkan rasa keindahan yang dianugerahkan Tuhan itu dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan mengamati karya seni rupa murni dan seni rupa terapan, dalam arti praktis adalah kemampuan mengklasifikasi, mendeskripsi, menjelaskan, menganalisis, menafsirkan dan mengevaluasi serta  menyimpulkan  makna  karya seni. Aktivitas ini  dapat dilatih  sebagai kemampuan  apresiatif secara lisan maupun  tulisan.

Aktivitas pendukung, seperti membaca teori seni, termasuk sejarah seni dan reputasi seniman, dialog dengan tokoh seniman serta budayawan, merupakan pelengkap kemampuan berapresiasi, sehingga para siswa dapat menyertakan argumentasi yang logis dalam menyimpulkan makna seni.

Secara psikologis pengalaman  pengindraan  karya seni itu berurutan dari sensasi (reaksi panca indra kita mengamati seni), emosi (rasa keindahan), impresi (kesan pencerapan), interpretasi (penafsiran  makna  seni), apresiasi (menerima  dan  menghargai makna  seni, dan  evaluasi (menyimpulkan  nilai seni). 

Aktivitas ini berlangsung ketika seseorang mengindra karya seni, biasanya sensasi tersebut diikuti dengan aktivitas berasosiasi, melakukan komparasi,  analogi, diferensiasi, dan  sintesis. 
Pada umumnya karya seni yang dinilai baik akan memberikan kepuasan spiritual dan intelektual bagi pengamatnya.


 #materi senibudayakelasxi#apresiasisenitariteatermusikrupa#belajardarirumah





















5 komentar:

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com